Sabtu, 16 Juli 2011

Antara TPA dan Kumon

Ternyata setelah bertahun-tahun kuliah dan telah melewati beberapa kali ujian yang menyulitkan, paling tidak pada saat itu menurutku, hal terberat yang aku emban sekarang ini adalah bagaimana mencetak anak-anak yang mandiri, disiplin, dan berahklak yang baik. Tapi menurutku, itu adalah ujian yang tersulit yang aku hadapi selama hidup ini. Kalo dulu kuliah, tinggal datang ke kelas, mengerti, membaca dan menghapal, semuanya pasti beres. Tapi sekarang, belum ada buku yang bisa mencakup keseluruhan permasalahan yang ada dalam diri anak kecil yang begitu kompleks menurutku.

Tapi beruntunglah aku, Nigel adalah anak yang sopan dan rajin belajar. Bukannya membangga-banggakan anak sendiri nih. Tapi paling tidak begitulah menurut ibu guru di sekolah dan di tempat lesnya. Tapi ternyata di balik hal-hal baik pada diri anak ini, ternyata juga ada sisi-sisi negatifnya seperti layaknya anak-anak yang lain. Mood...ya...lagi-lagi si mood ini ya...gak orang tua aja, anak bisa juga gak mood. Kalo si mood negatif ini udah datang....biar diapain juga, gak bakalan pe-er nya dikerjain.

Pada saat Nigel kelas 1, mulailah hari-hari dia dipadati oleh kegiatan sekolah. Mulai les sekolah, les menggambar, TPA (baca: mengaji), dan Kumon. Tapi entah mengapa dari semua les yang disambanginya, mengaji adalah favoritnya. Tidak ada satu kali pun, dia membolos karena malas. Malahan kalo sesekali aku ajak bolos karena kita sedang pergi dan tidak di rumah, wajahnya agak sedih. Pernah sekali waktu karena hujan, aku terpaksa menjemputnya ke TPA, karena ternyata belum selesai, aku sempat duduk didalam sambil berbincang dengan pembimbingnya. Selama aku disana, aku mendengar anakku melafadzkan surat-surat pendek, menyanyikan lagu-lagu seperti nama malaikat dan nama-nama nabi. Hatiku bergetar sesaat. Ternyata selama ini Nigel banyak sekali kemajuan tentang pengetahuan keislaman. Mudah-mudahan hatinya selalu bersemangat mempelajari kebesaran nama Alloh SWT dan kehebatan nabinya Muhammad SAW.

Lain halnya TPA, lain halnya dengan Kumon. Di Kumon ini, Nigel awalnya senang sekali karena soal-soal matematika yang diberikan menurut dia adalah soal mudah. Tapi tidak begitu halnya dengan soal-soal sekarang. Dengan posisinya yang sekarang masih duduk di kelas 1 SD, mengerjakan perkalian ke bawah merupakan hal yang beratttt buatnya. Untuk itu, setiap mengerjakan pe-er aku selalu mengingatkan bahwa matematika ini penting untuk modalnya besar nanti. Kadang nasihatku didengar, kadang juga dilecehkan olehnya. "Kenapa sih aku harus les Kumon", kata Nigel. "Aku lihat temanku di kelas ada yang berhenti kumon, aku juga mau berhenti Kumon", jawabnya lagi. Pada saat melihat anakku putus asa seperti itu, hatipun mulai tergerak. Naluri seorang ibu mulai menguasai akal sehatku. Kadang aku berpikir, apa yang dikejar oleh anak-anak kecil ini. Toh pada saatnya nanti dia juga akan menguasai perkalian, kenapa anak sekecil ini harus dikejar-kejar untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang rumit setiap hari. Tapi kalo ingat suamiku yang kuat hati dan tegar, terus memotivasi bukan cuma anaknya tapi aku yang setiap hari menghadapi keputus-asaan.
"Saya sudah melihat kemampuan anak ini, dia itu anak pinter, kalo otaknya tidak dilatih dari sekarang, nanti dia akan kalah start dengan yang lain, kalo perlu hanya 1 lembar setiap hari, yang penting tidak boleh berhenti kumon", begitu selalu kata-kata suamiku.

Rupanya aku harus mencari cara supaya kumon ini terasa mudah dan menyenangkan buat Nigel. Di saat-saat soal yang datang adalah soal-soal rumit menurut dia, mulailah dia marah. Ternyata saat aku tanyakan pada pengelola Kumon, hal ini sering terjadi pada anak-anak lain."Eh ternyata, eh ternyata....bukan cuma aku aja", hehehe....Tapi sekarang sih udah happy lagi nih si Nigel, soalnya menurut kakak Kumon-nya, prestasi belajarnya di kumon terbilang baik. Karena dia sudah melewati level kelasnya di sekolah, makanya dia masuk dalam daftar kemajuan di Kumon atau biasa disebut DK. Bangganya bukan main. Gak sia-sia lah kadang berantem sama Nigel, kadang kita kebut-kebutan ngisi lembar kumon, kadang aku dikerjain sama Nigel disuruh ngerjain perkalian, karena dia memang lebih cepat menghitungnya daripada aku....hehehe..soalnya ibunya gak pernah kumon, jelas aja kalah cepet ngitungnya...



Begitulah masa-masa sulit dan mudah kuhadapi bersama dengan keluarga kecilku ini. Bagaimana pun juga keluarga kecil ini harus survive. Dengan sekuat tenaga, aku berusaha dan berdoa kepada Alloh SWT, supaya diberi kemudahan dalam menjalankan amanah yang berat ini. Aku selalu saja salut kepada anak-anak kumon dan berhasil melampaui masa-masa sulit ini. Pasti di belakangnya ada tangan-tangan hebat orang tuanya yang tidak berhenti-henti mendorong anak-anaknya hingga sampai pada tujuannya. Amin, semoga Nigel bisa mencapainya suatu saat nanti. Amin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar